Saturday, 6 February 2016

Asal Usul Talaga Warna

Asal Usul Telaga Warna (Cerita Rakyat Jawa Barat)



Dahulu kala sebuah kerajaan berdiri di Jawa Barat. Kerajaan itu diperintah oleh seorang prabu yang arif bijaksana. Rakyatnya hidup sejahtera.

Sayang sekali Prabu dan permaisurinya tidak dikaruniai keturunan. Bertahun-tahun mereka menunggu kehadiran seorang anak, hingga sang Prabu memutuskan untuk pergi ke hutan dan berdoa. Ia memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk memberinya keturunan.

Seluruh kerajaan ikut bergembira ketika akhirnya doa Prabu dan Permaisuri dikabulkan. Permaisuri mengandung dan melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik.

Puteri tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik. Karena ia puteri satu-satunya dan kelahirannya dulu begitu lama dinantikan, ia sangat dimanja. Semua keinginannya dituruti.

Sekarang sang puteri sudah dewasa. Sebentar lagi ia akan berusia tujuh belas tahun. Rakyat kerajaan mengumpulkan banyak sekali hadiah untuk puteri tercinta mereka. Sang Prabu mengumpulkan semua hadiah dari rakyat dan berniat akan membagi-bagikannya kembali kepada mereka.

Ia hanya menyisihkan sedikit perhiasan emas dan beberapa batu permata. Ia kemudian meminta tukang perhiasan untuk melebur emas itu dan membuatnya menjadi sebuah kalung permata yang indah untuk puterinya.

Pada hari ulang tahun sang puteri, Prabu menyerahkan kalung itu.

“Puteriku, sekarang kau sudah dewasa. Lihatlah kalung yang indah ini. Kalung ini hadiah dari rakyat kita. Mereka sangat menyayangimu. “

“Pakailah kalung ini, nak.”

Rakyat kerajaan sengaja datang berduyun-duyun untuk melihat sang puteri pada hari ulang tahunnya. Mereka ingin melihat kalung yang sangat elok bertaburan batu permata berwarna-warni itu menghias leher puteri kesayangan mereka.

Puteri hanya melirik kalung itu sekilas.

Prabu dan Permaisuri membujuknya agar mau mengenakan kalung itu.

“Aku tidak mau,’ jawab puteri singkat.

“Ayolah, nak,” kata permaisuri, ia mengambil kalung itu hendak memakaikannya di leher puterinya. Namun puteri menepis tangan permaisuri hingga kalung itu terbanting ke lantai.

“Aku tak mau memakainya! Kalung itu jelek! Jelek!” jeritnya sambil lari ke kamarnya.

Permaisuri dan semua yang hadir terpana. Kalung warna-warni yang indah itu putus dan permatanya berserakan di lantai.

Permaisuri terduduk dan mulai menangis. Lambat laun semua wanita ikut menangis, bahkan para pria pun ikut menitikkan air mata. Mereka tak pernah mengira puteri yang sangat mereka sayangi dapat berbuat seperti itu.

Tiba-tiba di tempat kalung itu jatuh muncul sebuah mata air yang makin lama makin besar hingga istana tenggelam. Tak hanya itu, seluruh kerajaan tergenang oleh air, membentuk sebuah danau yang luas.

Danau itu sekarang tidak seluas dulu. Airnya nampak berwarna-warni indah karena pantulan warna langit dan pohon-pohonan di sekelilingnya. Namun orang percaya bahwa warna-warna indah danau itu berasal dari kalung sang puteri yang ada di dasarnya.

Danau itu disebut Telaga Warna, letaknya di daerah Puncak, Jawa Barat.

Kesetiaan Seekor Harimau

KESETIAAN SEEKOR HARIMAU (Cerita Rakyat dari Jawa Barat)

Pada jaman dahulu, ada sepasang suami istri di Tasikmalaya. Kehidupan mereka cukup tentram dan bahagia. Pada suatu hari mereka menemukan seekor harimau kecil yang ditinggal mati oleh induknya. Harimau itu dipelihara oleh oleh mereka, dididik dan diperlakukan seperti anggota keluarga sendiri. Ternyata hewan itu tahu diri, ia menjadi penurut kepada sepasang suami istri itu. Harimau pun tumbuh menjadi besar, ia cerdas dan tangkas.Kemudian sepasang suami istri itu menamainya Si Loreng.

Demikian erat hubungan Si Loreng dengan suami istri itu sehingga ia dapat mengerti kata-kata yang diucapkan suami istri itu. Kalau ia disuruh pasti menurut dan mengerjakan perintah suami istri itu dengan baik.

Suami istri yang bekerja sebagai petani itu semakin berbahagia ketika lahir anak mereka seorang bayi laki-laki yang sehat dan menyenangkan. Inilah saat bahagia yang mereka tunggu-tunggu sejak lama. Apabila mereka pergi bekerja ke sawah, bayinya ditinggal di rumah. Si Loreng ditugaskan untuk menjaga keselamatan bayi itu. Hal ini berlangung selama beberapa bulan.

Sepasang suami istri itu semakin sayang kepada Si Loreng kerna hewan itu ternyata dapat dipercaya menjaga keselamatan anak mereka.

Pada suatu siang yang terik, istri petani pergi ke sawah untuk mengirim makanan kepada suaminya. Melihat kedatangan istrinya si suami segera menghentikan pekerjaannya. Disana si suami melahap makanan yang dihidangkan istrinya.

Baru saja setelah makan dan minum, tiba-tiba mereka mendengar suara gerengan si Loreng. Si Loreng nampak lari pontang-pantin melewati pematang sawah terus menuju dangau. Si Loreng mengibaskan ekorna berkali-kali dengan lembut sembari menggosok-gosokkan badannya kepada suami istri itu.

"Kakang, mengapa tingkah Si Loreng tidak seperti biasanya?", tanya si istri.

"Iya Istriku... Aneh sekali. Ada apa gerangan?" sahut sang suami.

"Kakang lihat!!! Mulut Si Loreng penuh dengan darah!!!!", teriak sang istri

Sang suami tersentak kaget, mulut Si Loreng memang berlumuran darah.

"Loreng...? Jangan-jangan kau telah menerkam anakku. Kau telah membunuh anakku!!" kata sang suami.

Si Loreng menggeleng-gelengkan kepalanya, sehingga darah dibagian mulutnya berhamburan. Si suami seketika meluap amarahnya. Ia segera mencabut goloknya dan memenggal kepala Si Loreng. Si Loreng tak menduga disreang secara tiba-tiba sehinnga ia pun tak sempat mengelak. Harimau itu mengeram kesakitan, ia tidak melawan, hanya sepasang matanya memandang kearah sepasang suami istri itu dengan penuh rasa penasaran. Karena hewan itu belum mati, si suami segera mengayunkan goloknyadengan penuh kemarahan hingga tiga kali. Putuslah leher Si Loreng dari badannya. Hewan itu tewas dengan cara mengenaskan.

"Kakang! Cepat kita Pulang!"

Mereka segera berlari ke rumahnya.

Sampai di rumah, mereka mendapati anaknya masih berada dalam ayunannya. Bayi itu nampak tertidur nyenyak. Dirabanya tubuh anak itu, diguncang-guncang tubuhnya. Si bayi pun terbangun dan tersenyum melihat kedatangan orang tuanya.

Kedua suami istri itu bersyukur karena bayinya selamat dan masih hidup. Setelah puas memandangi anaknya, mereka merasa lega atas keselamatan anaknya. Kini mereka celingukan, mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Perhatian mereka terpusat pada tempat sekitar ayunan anaknya bagian bawah. Mereka mendapatkan bangkai seekor ular yang sangat besar berlumuran darah tergeletak di bawah ayunan. Sadarlah kedua suami istri itu bahwa Si Loreng telah berjasa menyelamatkan jiwa anaknya dari bahaya, yaitu dari serangan ular besar.

Mereka sangat menyesal, terlebih sang suami karena telah tergesa-gesa membunuh harimau kesayangannya.

Kisah ini memberikan pelajaran kepada kita agar tidak bertindak gegabah. Berpikirlah dengan cermat sebelum mengambil tindakan yang nantinya merugikan.